Literasi Mengubah Dirimu dan Mengubah Penghasilanmu

Opini
Spread the love

“Semakin banyak kamu membaca, semakin banyak hal yang akan kamu ketahui. Semakin banyak yang kamu pelajari, semakin banyak tempat yang akan kamu tuju.” – Dr. Seuss, Penulis.

literasi sebagai salah satu syarat yang dibutuhkan otak dalam merespon, memahami, dan melakukan sesuatu yang dapat memberikan arah terbaik dalam melakukan tindakan. Karena literasi menjadi arah yang relevan dengan apa yang menjadi perkembangan zaman hari ini. Jika kita dibekali dengan banyak literasi akan mampu menjawab persoalan-persoalan yang ada.

Perihal apapun yang kita manfaatkan untuk dapat menumbuhkan literasi tidak hanya berpaku pada buku, yang seolah menjadi alasan kita untuk tidak mau membaca. Alasan-alasan seperti  tidak punya buku, jauh untuk membeli, ga punya uang, “namun paket data terisi penuh terus”. Inilah pentingnya kita dapat menjawab persoalan yang mungkin remeh temeh, tapi kita tidak mau menyadarinya.

Bagaimana mungkin jika dalam literasi yang minim dan selalu kita hindari bisa memberikan kita sesuatu hidup yang tanpa masalah, “membaca ataupun tidak membaca pasti banyak masalah yang akan kita terima? Bener, namun setidaknya, akan sedikit banyak menjadi lebih baik dalam penerimaan dan penyelesaian sebuah masalah.

Kalo tidak percaya coba baca dan pahami?

Baca buku tapi, jangan baca chat whatshap? Hhhhh

Coba kita bayangkan selama kita tidak memenuhi kognitif  kita dengan amunisi-amunisi pengetahuan melalui literasi, akan menjadi semakin keras, seperti halnya keras kepala “tidak mau menerima pendapat orang dan hanya ingin selalu dimengerti tanpa mempertimbangkannya”. Mbok ya sekali-kali peka gitu…… hmmm

Karena itulah literasi menjadi sangat penting bagi kita semua, tidak hanya pada seorang yang masih menempuh pendidikan saja, namun pasca pendidikan pun tetap dan akan menjadi pembenahan dalam bersikap dan bertindak, sehingga kita akan semakin mengerti akan apa yang kita persiapkan dan lakukan dalam menjalani kehidupan.

Literasi akan berdampak pada pembenahan pola pikir kita menjadi semakin peka, kritis dan relevan dalam memahami banyak hal. Sehingga kecerobohan yang kita lakukan dapat sedikit terminimalisir dari hal yang akan kita mulai.

“Nggak jadi orang yang kagetan, dikit-dikit WOW, FOMO (tidak ketinggalan sesuatu hal yang masih baru, (Booming) lalu menjadikan informasi yang baru tersebut sesuatu yang harus dilakukan atau mungkin dihindari tanpa menyaringnya dan melihat kredibiltasnya”, ini sering terjadi dikalangan anak-anak muda hingga orang Dewasa (tua). Perihal seperti ini sudah menjadi Habbit dikalangan masyarakat umum. Maka sangat penting sekali hari ini kita melek Literasi  untuk mencegah salah persepsi dan maunya hanya menyalahkan saja tanpa memberi solusi.

Nesu boleh namun relate dengan apa yang sudah kita lakukan hari ini.

Seproduktif apakah kita dalam berkehidupan

Sedikitnya konsumsi Literasi  menjadi persoalan yang memprihatinkan dalam memahami situasi dan kondisi yang terjadi. Sehingga mampu mempengaruhi fokus kita terhadap sesuatu yang seharusnya kita lakukan dan itu produktif. Berkembang atau tidaknya diri kita tergantung bagaimana cara kita membaca dan memahami setiap hal yang kita lakukan, sehingga kita tidak mengalami distraksi pada persoalan yang terjadi hari ini.

Dampak yang kita alami ketika cara pikir kita salah, tidak dengan mempertimbangkan segala sesuatu, akan membentuk kita sebagai pribadi yang “ngawur” dalam bertindak. Ini sangat mempengaruhi sejauh dan sebanyak apa konsumsi literasi kita.

Persoalan hari ini pada tingkat literasi yang terjadi di Indonesia dalam penelitian UNESCO sangat menurun terdapat 0,001% minat baca masyarakat Indonesia, ini menjadi pecapaian terendah nomor dua dari bawah, Sedangkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa hanya sekitar 10% penduduk Indonesia yang rajin membaca buku. Angka ini menunjukkan tingkat minat literasi yang rendah di kalangan masyarakat. https://kallainstitute.ac.id/rendahnya-minat-literasi-di-indonesia/

Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya literasi masyarakat, ini menandakan bahwa terdapat ketimpangan yang tidak sejalan di kehidupannya. Karena kurangnya literasi berdampak pada Habbit yang tidak produktif menjadikan tingkat keingintahuan pada pendidikan dan skil dalam menjalankan aktifitas menjadi berkurang. Hal ini yang membuat masyarakat Indonesia kuranya memiliki tingkat kepekaan dalam melihat dan melakukan sesuatu sehingga tidak relevan.

Dilihat dari teknologi yang semakin hari semakin canggih, membuat cara pandang masyarakat menjadi distraksi atas fokus utama, kesenjangan hidup yang terjadi hari ini dan rata-rata di usia anak-anak, remaja bahkan orang dewasa dalam penggunaannya yang kurang lebih hanya sebatas untuk senang-senang dan menjadi kebiasaan yang tidak positif. Adakalnya yang menjadikan teknologi sebagai sesuatu yang menghasilkan dan produktif namun sedikit banyak tidak. Penggunaan gadget orang Indonesia ini 6 – 7 jam dalam sehari dikutip dari laporan State of Mobile 2024 yang dirilis Data AI, warga Indonesia menghabiskan waktu dengan perangkat mobile seperti Hp dan tablet pada tahun 2023 mencapai rata-rata 6,05 jam per harinya.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20240112200540-185-1048875/warga-ri-juara-satu-kecanduan-hp-di-dunia-habiskan-6-jam-sehari.

ini dirasa menjadi cara pendang yang salah dalam menangkap dan menerima perkembangan zaman yang seharusnya kita terima sebagai salah satu bentuk modal kita, dalam memanfaatkannya dengan baik. Sehingga perlunya kesadaran dalam membaca dan menangapi adanya sesuatu yang baru.

Apalagi nanti kita akan menggapai Indonesia Emas tahun 2045, jika masih seperti ini-ini saja, minimnya literasi dalam pengasah pola pikir untuk membuat seseorang mampu berpikir kritis dan membuat percobaan-percobaan bari ini menjadi distraksi yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang tanpa disadari, bisa dikatakan membantu dalam segala hal secara instan, bahkan tidak pungkiri selama dalam penggunaan teknologi ini “gadget” sangat mudah.

Namun dalam hal ini telah merubah cara berpikir kita yang semula menjadi kebiasaan yang sangat aktif dalam mengolah pikir terdegradasi oleh persoalan teknologi. Yang tidak mampu kita manfaatkan secara semestinya, “coba kita bayangkan kalo diri kita selama sehari dalam waktu 24 jam tanpa kita sadari, fokus yang kita lakukan hanya bermain gadget tanpa berfikir output yang diperoleh setelahnya, apa yang kita rasakan?”

Bisa kita rasakan sendiri dari apa yang menjadi persoalan belum terwujudnya ketercapaian pada setiap hal yang ingin kita lakukan, dalam hal ini coba kita rasakan dan tanyakan pada diri kita sendiri melihat transisi yang terjadi.

Perubahan apa yang terjadi?

Persoalan apa yang akan terjadi?

Apa yang kita dapat?

Mampukah kita menghindarinya jika itu negative?

Atau sebaliknya?……

“Siapa yang bisa menjawab perkembangan zaman hari ini kalo bukan kita sendiri”, maka sangat penting kita menyadari atas kurangnya literasi dan kita mau untuk memenuhinya.

Penggunaan yang berlebihan terkadang membuat tingkat fokus dalam hal sesuatu yang positif sangat sulit untuk diterapkan. Maka harus dimulai dengan steb by steb, untuk mampu merubah kebiasaan yang tidak semestinya kita lakukan berjam-jam bahkan berhari-hari, dapat tergantikan dengan sesuatu yang produktif.

Literasi mengubah dirimu dan meningkatkan penghasilanmu

Literasi mampu mengubah diri kita menjadi lebih baik dan lebih produktif dalam menghasilkan pola pikir yang relate dalam transisi yang terjadi hari ini. kita harus mampu menjadi pengelola dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat yang lebih produktif dalam berbagai hal seperti konten kreator, tulisan dan hal lainnya sebagainya.

Bukan lagi menjadi persoalan jika kita mampu menjawabnya.

Hal ini dilakukan dengan cara bertahap tanpa mengurangi aktifitas-aktifitas produtif lainnya, sebagai salah satu bentuk istiqomah yang memberikan pengaruh dalam perubahan dan mampu menjawab tantangan zaman.

Dengan banyaknya literasi yang kita baca, kita pahami akan mampu mewujudkan suatu tujuan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan yang menjadi kewajiban kita dalam mencari ilmu.

Syukur-syukur menghasilkan

wassalam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *